Berita
Memuat...
, ,

Ojo Dumeh, Ajaran Luhur dalam Kehidupan

Setiap masyarakat niscaya memiliki nilai-nilai luhur yang dijadikan pegangan dalam tatanan hidup. Tatanan itu berlangsung turun temurun dan menjadi warisan sangat berharga bagi warganya. Jika dilanggar, masyarakat memberikan hukuman sosial kepada orang yang melanggar, setidaknya menjadi omongan orang banyak.

Di masyarakat yang sudah modern seperti sekarang ini nilai-nilai luhur itu masih tetap ada dan walau berubah biasanya tidak begitu banyak. Perubahan nilai berlangsung lambat, berbeda dengan perubahan fisik yang biasanya berlangsung cepat. Seperti masyarakat lainnya, masyarakat Jawa juga memiliki nilai-nilai luhur yang sampai hari ini masih dipegang, yakni “ ojo dumeh ”. Artinya, sikap untuk tidak mentang-mentang.


Ojo Dumeh



Sebagai sebuah nilai, ojo dumeh memiliki makna sangat dalam dan masuk dalam ranah yang luas, bisa mengenai kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan status sosial. Ojo Dumeh merupakan ajaran Jawa di mana orang harus sadar bahwa kehidupan itu berputar. Suatu saat di atas dan saat lain di bawah.

Ketika di atas, misalnya ketika berkuasa dan memiliki akses banyak, jangan mentang-mentang dan berperilaku semena-mena terhadap orang lain atau bawahannya. Melainkan, kekuasaan itu bisa dijadikan momen untuk beramal sholeh dengan menjadi tempat bertanya, tempat menyelesaikan persoalan dan tempat berlindung banyak orang, sehingga orang merasa nyaman karena kehadirannya.

Ketika menjadi orang kaya juga jangan sombong kepada orang lain, yang mungkin di bawahnya. Kekayaan yang dimiliki bisa sangat berharga bagi orang lain. Misalnya, bisa membantu orang lain yang memerlukan dan sedang kesulitan. Karena pada dasarnya tanpa orang yang tidak kaya (miskin), apalah arti orang kaya itu. Semua saling melengkapi dan saling membutuhkan. Semua orang butuh bekerja, orang miskin butuh pekerjaan begitupun orang kaya yang butuh tenaga untuk mengerjakan pekerjaannya.

Ketika memiliki ilmu yang banyak, dalam dan memahami banyak pengetahuanpun tidak boleh congkak dan keminter. Kelebihan ilmu yang dimiliki bisa dimanfaatkan untuk ikut memintarkan orang lain atau dengan kata lain mengajar. Kita bisa menggunakan filsafat padi “semakin berisi semakin merunduk”.

Ketika memiliki kemampuan yang lebih dari orang lain, misalkan saja mahir beladiri pencak silat. Tidak boleh merasa hebat, merasa kuat dan merasa paling berani. Karena kehebatan manusia sesungguhnya terletak dalam hati, bukan fisik. Manusia juga punya akal pikiran, yang dengannya bisa mengalahkan besarnya kekuatan fisik. Manusia yang akan selalu kuat dan tidak mungkin dikalahkan oleh orang lain adalah orang yang selalu percaya kepada hatinya, seperti yang dituangkan dalam Falsafah Setia Hati Terate.

Mungkin semua ini sulit, sebab naluri manusia itu selalu ingin terlihat lebih dari yang lain dalam banyak hal. Maka itu perlu agama yang mengajarkan nilai-nilai luhur dan meredam nafsu manusia untuk tidak serakah, sombong, menyepelekan orang lain dan seterusnya.

Begitupun SH Terate mengajarkan kepada para Warganya. Mengajarkan arti dari Persaudaraan. Mengajarkan bahwa antar sesama saudara, antar sesama manusia itu harus saling menghargai, mengasihi, saling tolong dalam kebaikan dan saling mengingatkan agar tidak terjerumus dalam keburukan.



Jika ditelaah secara mendalam, sebagai sebuah nilai dan ajaran luhur ojo dumeh bisa menyelamatkan manusia di mana pun berada. Tatkala di atas dia bisa menghargai orang lain, sehingga jika suatu saat dia di bawah akan banyak orang menghargai karena orang lain akan teringat jasa baiknya. Sebaliknya, jika saat berkuasa atau punya kedudukan tinggi berlaku semena-mena terhadap orang lain, maka tatkala tidak lagi berkuasa orang akan enggan menghormatinya. Apa yang ditanam, itu pula yang suatu saat nanti akan dituai.

Salam persaudaraan.


Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

0 komentar

Auto Ping