Berita
Memuat...
, , ,

Sejarah PSHT : Riwayat Ki Hadjar Hardjo Oetomo

Setelah sebelumnya saya terbitkan artikel tentang Sejarah PSHT yang membahas tentang Riwayat Singkat Ki Ageng Soerodiwirjo, yang mana beliau merupakan pencipta Pencak Silat Setia Hati dan merupakan bagian awal Sejarah PSHT dimulai.

Silakan baca juga Riwayat Ki Ageng Soerodiwirjo.

Saya lanjutkan lagi artikel yang membahas tentang Sejarah PSHT yang semakin kokoh sampai saat ini.

Sejarah PSHT kali ini membahas tentang sosok Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang merupakan murid dari Ki Ageng Soerodiwirjo. Ki Hadjar Hardjo Oetomo merupakan sosok perintis PSHT sekaligus sosok Pahlawan bagi kemerdekaan RI karena peran serta beliau dalam perlawanan melawan penjajah.

Seperti apa kiprah beliau sebagai salah satu bagian terpenting Sejarah PSHT ini? mari simak artikel ini sampai selesai ......

Riwayat Ki Hadjar Hardjo Oetomo

Riwayat Ki Hadjar Hardjo Oetomo

Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1883. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai banyak ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Hal itu terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda menjajah

Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain untuk kebaikan sesama, untuk keselamatan sesama dan untuk keselamatan dunia.

Tapi ternyata jalan yang dirintis tidak semulus harapannya, banyak sekali rintangan yang harus beliau lalui, Terlebih saat itu jaman penjajahan. Hingga Beliau sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun seusai beliau menamatkan bangku sekolahn. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini – red) Bondowoso, Panarukan dan Tapen.

Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda (karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda), Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.

Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.

Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan “Harta Jaya” semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.

Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi saat beliau belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.

Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama “Djojo Gendilo Cipto Mulyo”.

Baca Juga : Bisnis Online Mudah Hanya Modal HP, Tanpa Jualan Bisa Dapat Duit.

Masuk Sarikat Islam.

Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara penjajah. Bahkan beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau – Kodya Madiun Jawa Timur, meskipun tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.

Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian bertambah. Ide cerdik pun dijalankan, untuk mengelabuhi Belanda, karena sebelumnya SH Pencak Sport Club telah dibubarkan Belanda, diam-diam perkumpulan ini dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata “Pencak” hingga tinggal “SH Sport Club”.

Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar. Ide cerdik yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid-murid pertamanya. Yakni Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini, Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.

Ditangkap Belanda.

Bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan ke penjara di Madiun.

Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelora. Secara diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya.

Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.

Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet mulai digalakan lagi. Meskipun dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya.

Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi “SH Terate”. Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.

Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang merambah ke segala penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat.

Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus “Perguruan Pencak Silat” dirubah menjadi organisasi “Persaudaraan Setia Hati Terate”. Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.

Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.

Ki Hadjar Hardjo Oetomo tutup usia pada tanggal 13 April 1952 di usia 69 tahun dan dimakamkan di TPU Desa Pilangbango, Kota Madiun, Jawa Timur.

Sumber: shterate.com, wikipedia.


Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

0 komentar

Auto Ping